1. IMAM
AL-BUKHARI, MUHAMMAD BIN ISMA’IL
A.
Pertumbuhan beliau
·
Nama: Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin
al Mughirah bin Bardizbah.
·
Kuniyah beliau: Abu Abdullah
·
Nasab beliau:
1)
Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi adalah nisbah
arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah, bahwasanya al Mughirah kakek Bukhari yang
kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi. Maka nisbah beliau
kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian
2)
Al Bukhari; yang merupakan nisbah kepada
negri Imam Bukhari lahir
·
Tanggal lahir: Beliau dilahirkan pada hari
Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal 194 H
·
Tempat lahir: Bukhara
·
Masa kecil beliau:
Bukhari dididik dalam keluarga yang
berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak termasuk
ulama yang banyak meriwayatkan hadits, Bukhari menyebutkan di dalam kitab
tarikh kabirnya, bahwa bapaknya telah melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin
Al Mubarak, dan dia telah mendengar dari imam Malik, karena itulah dia termasuk
ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil, sehingga dia
pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim. Akan tetapi ayahnya meninggalkan
Bukhari dalam keadaan yang berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak
Imam Bukhari berkata ketika menjelang kematiannya; "Aku tidak mengetahui
satu dirham pun dari hartaku dari barang yang haram, dan begitu juga satu
dirhampun hartaku bukan dari hal yang syubhat."
Maka dengan harta tersebut Bukhari
menjadikannya sebagai media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.
Ketika menginjak usia 16 tahun, dia
bersama ibu dan kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah
dekat dengan baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.
Kisah hilangnya penglihatan beliau: Ketika
masa kecilnya, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat
Khalilullah Nabi Ibrahim 'Alaihi wa sallam berujar kepadanya; "Wahai ibu,
sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa
yang kamu panjatkan kepada-Nya." Menjelang pagi harinya ibu imam Bukhari
mendapati penglihatan anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah
subhanahu wa ta'ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala kecilnya.
B.
Perjalan beliau dalam menuntut ilmu
·
Kecerdasan dan kejeniusan beliau
Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak
masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang
tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang yang memiliki
kelebihan seperti dirinya pada zamannya tersebut. Ada satu riwayat yang
menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia menuturkan; "Aku mendapatkan
ilham untuk menghafal hadits ketika aku masih berada di sekolah baca
tulis." Maka Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepadanya; "saat itu
umurmu berapa?". Dia menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu.
Kemudian setelah lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis
hadits Ad-Dakhili dan ulama hadits yang lainnya. Ketika sedang membacakan
hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan meriwayatkan dari
Abu Zubair dari Ibrahim.' Maka aku menyelanya; 'Sesungguhnya Abu Zubair tidak
meriwayatkan dari Ibrahim.' Tapi dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya,
'kembalikanlah kepada sumber aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk
dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu bisa tahu
wahai anak muda?' Aku menjawab, 'Dia adalah Az Zubair. Nama aslinya Ibnu 'Adi
yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.' Kemudian dia pun mengambil pena dan
membenarkan catatannya. Dan dia pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka
Muhammad bin Abi Hatim bertanya kepada Bukhari; "Ketika kamu membantahnya
berapa umurmu?". Bukhari menjawab, "Sebelas tahun."
Hasyid
bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu ikut bersama kami
mondar-mandir menghadiri para masayikh Bashrah, dan saat itu dia masih anak
kecil. Tetapi dia tidak pernah menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal
itu berlalu beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka dia
menjawab semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela saya, maka
tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian tulis." Maka kami
pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami. Tetapi dia menambahkan hadits
yang lain lagi sebanyak lima belas ribu hadits. Dan dia membaca semua hadits-hadits
tersebut dengan hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami mengklarifikasi
catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.
C.
Guru-guru beliau
Imam
Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau
meriwayatkan hadits dari mereka, sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan
jumlah yang sangat besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau
bertutur; ' aku telah menulis dari sekitar seribu delapan puluh jiwa yang
semuanya dari kalangan ahlul hadits.
Guru-guru
imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya;
1.
Abu 'Ashim An Nabil
2.
Makki bin Ibrahim
3.
Muhammad bin 'Isa bin Ath Thabba'
4.
Ubaidullah bin Musa
5.
Muhammad bin Salam Al Baikandi
6.
Ahmad bin Hambal
7.
Ishaq bin Manshur
8.
Khallad bin Yahya bin Shafwan
9.
Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
10. Ahmad
bin Isykab
D.
Hasil karya beliau
Diantara
hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
1.
Al Jami' as Sahih (Sahih Bukhari)
2.
Al Adab al Mufrad.
3.
At Tarikh ash Shaghir.
4.
At Tarikh al Awsath.
5.
At Tarikh al Kabir.
6.
At Tafsir al Kabir.
7.
Al Musnad al Kabir.
8.
Kitab al 'Ilal.
9.
Raf'ul Yadain fi ash Shalah.
10. Birru
al Walidain.
11. Kitab
al Asyribah.
12. Al
Qira`ah Khalfa al Imam.
13. Kitab
ad Dlu'afa.
14. Usami
ash Shahabah.
15. Kitab
al Kuna.
16. Al
Hbbah
17. Al
Wihdan
18. Al
Fawa`id
19. Qadlaya
ash Shahabah wa at Tabi'in
20. Masyiikhah
E.
Wafat beliau
Imam
Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum
Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau
jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari
sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62
tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya
Idul Fitri. Semoga Allah selalu merahmatinya dan ridla kepadanya.
2. IMAM
MUSLIM BIN AL-HAJJAJ AN-NAISABURI
A.
Pertumbuhan beliau
·
Nama: Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin
Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi
·
Kuniyah beliau: Abdul Husain
·
Nasab beliau:
1.
Al Qusyairi; merupakan nisbah kepada
Qabilah afiliasi beliau, ada yang mengatakan bahwa Al Qusyairi merupakan orang
arab asli, dan ada juga yang berpendapat bahwa nisbah kepada Qusyair merupakan
nisbah perwalian saja
2.
An Naisaburi; merupakan nisbah yang di
tujukan kepada negri tempat beliau tinggal, yaitu Naisabur. Satu kota besar
yang terletak di daerah Khurasan
·
Tanggal lahir: para ulama tidak bisa
memastikan tahun kelahiran beliau, sehingga sebagian mereka ada yang
berpendapat bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204 Hijriah, dan ada juga
yang berpendapat bahwa kelahiran beliau pada tahun 206 Hijriah.
·
Ciri-ciri beliau: beliau mempunyai
perawakan yang tegap, berambut dan berjenggot putih, menjuntaikan ujung
‘imamahnya diantara dua punggungnya.
B.
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu
Sesungguhnya
lingkungan tempat tumbuh imam Muslim memberikan peluang yang sangat luas untuk
menuntut ilmu yang bermanfa’at, karena Naisabur merupakan negri hidup yang
penuh dengan peninggalan ilmu dari pemilik syari’at. Semua itu terjadi karena
banyaknya orang-orang yang sibuk untuk memperoleh ilmu dan mentransfer ilmu,
maka besar kemungkinan bagi orang yang terlahir di lingkungan masyarakat
seperti ini akan tumbuh dengan ilmu juga. Adanya kesempatan yang terpampang
luas di hadapan Imam Muslim kecil untuk memetik dari buah-buah ilmu syariat
tidak di sia-siakannya.
Maka
dia mendengar hadits di negrinya tinggal pada tahun 218 Hijriah dari gurunya
Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu umurnya menginjak empat belas tahun.
Dan
bisa juga orang tuanya serta keluarganya mempunyai andil dalam memotifasinya
untuk menuntut ilmu. Para ulama telah menceritakan bahwa orang tuanya, Al Hajaj
adalah dari kalangan masyayikh, yaitu termasuk dari kalangan orang yang
memperhatikan ilmu dan berusaha untuk memperolehnya.
Muslim
mempunyai kesempatan untuk mengadakan perjalanan hajinya pada tahun 220
Hijriah. Pada saat keluar itu dia mendengar hadits dari beberapa ahli hadits,
kemudian dia segera kembali ke negrinya Naisabur.
C.
Guru-guru beliau
Perjalanan
ilmiah yang dilakukan imam Muslim menyebabkan dirinya mempunyai banyak guru
dari kalangan ahlul hadits. Al Hafizh Adz Dzahabi telah menghitung jumlah guru
yang diambil riwayatnya oleh imam Muslim dan dicantumkan di dalam kitab
shahihnya, dan jumlah mereka mencapai 220 orang, dan masih ada lagi selain
mereka yang tidak di cantumkan di dalam kitab shahihnya
Diantara
guru-guru beliau yang paling mencolok adalah;
1.
Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi, guru
beliau yang paling tua
2.
Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Bukhari
3.
Al Imam Ahmad bin Hambal
4.
Al Imam Ishaq bin Rahuyah al Faqih al
Mujtahid Al Hafizh
5.
Yahya bin Ma’in, imam jarhu wa ta’dil
6.
Ishaq bin Manshur al Kausaj
7.
Abu Bakar bin Abi Syaibah, penulis buku al
Mushannaf
8.
Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi
9.
Abu Kuraib Muhammad bin Al ‘Alaa`
10. Muhammad
bin Abdullah bin Numair
11. Abd
bin Hamid
D.
Hasil karya beliau
Imam
Muslim mempunyai hasil karya dalam bidang ilmu hadits yang jumlahnya cukup
banyak. Di antaranya ada yang sampai kepada kita dan sebagian lagi ada yang
tidak sampai.
Adapun
hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah;
1.
Al Jami’ ash Shahih
2.
Al Kuna wa Al Asma’
3.
Al Munfaridaat wa al wildan
4.
Ath Thabaqaat
5.
Rijalu ‘Urwah bin Az Zubair
6.
At Tamyiz
E.
Wafatnya beliau
Imam
Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah
satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H bertepatan dengan
5 Mei 875. dalam usia beliau 55 tahun.
3. IMAM
ABU DAWUD, SULAIMAN BIN AL-ASY’ATS
A. Pertumbuhan
beliau
·
Nama:
1.
Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa
nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir.
2.
Menurut Muhammad bin Abdul 'Aziz Al
Hasyimi; Sulaiman bin al Asy'ats bin Basyar bin Syadad.
3.
Ibnu Dasah dan Abu 'Ubaid Al Ajuri
berkata; Sulaiman bin al Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad. Pendapat ini
di perkuat oleh Abu Bakr Al Khathib di dalam Tarikhnya. Dan dia dalam bukunya
menambahi dengan; Ibnu 'Amru bin 'Imran al Imam, Syaikh as Sunnah, Muqaddimu al
huffazh, Abu Daud al-azadi as-Sajastani, muhaddits Bashrah.
·
Nasab beliau:
1.
Al Azadi, yaitu nisbat kepada Azd yaitu
qabilah terkenal yang ada di daerah Yaman.
2.
Sedangkan as-Sijistani, ada beberapa
pendapat dalam nisbah ini, diantaranya:
Ada
yang berpendapat bahwasan as Sijistani merupakan nisbah kepada daerah Sijistan,
yaitu daerah terkenal. Ada juga yang berpendapat bahwa as sijistani merupakan
nisbah kepada sijistan atau sijistanah yaitu suatu kampung yang ada di Bashrah.
Tetapi menurut Muhammad bin Abi An Nashr bahwasannya di Bashrah tidak ada
perkampung yang bernama as-Sijistan. Namun pendapat ini di bantah bahwa di
dekat daerah Ahwaz ada daerah yang disebut dengan Sijistan
As
Sam'ani mengutip satu pendapat bahwa as-sijistan merupakan nisbah kepada
sijistan, yaitu salah suatu daerah terkenal yang terletak di kawasan Kabul
Abdul
Aziz menyebutkan bahwasannya sijistan merupakan nisbah kepada Sistan, yaitu
daerah terkenal yang sekarang ada di Negri Afganistan.
·
Tanggal lahir:
Tidak
ada ulama yang menyebutkan tanggal dan bulan kelahiran beliau, kebanyakan
refrensi menyebutkan tahun kelahirannya. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H.
disandarkan kepada keterangan dari murid beliau, Abu Ubaid Al Ajuri ketika
beliau wafat, dia berkata: aku mendengar
Abu Daud berkata : “Aku dilahirkan
pada tahun 202 Hijriah"
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Ketika
menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul paradigma bahwasanya beliau
semenjak kecil memiliki keahlian untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Semua itu
ditunjang dengan adanya keutamaan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya
berupa kecerdasan, kepandaian dan kejeniusan, disamping itu juga adanya masyarakat
sekelilingnya yang mempunyai andil besar dalam menimba ilmu.
Dia
semenjak kecil memfokuskan diri untuk belajar ilmu hadits, maka kesempatan itu
dia gunakan untuk mendengarkan hadits di negrinya Sijistan dan sekitarnya.
Kemudian dia memulai rihlah ilmiahnya ketika menginjak umur delapan belas
tahun. Dia merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke
berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari berbagai ulama, maka
tak heran jika dia dapat menulis dan menghafal hadits dengan jumlah besar yaitu
setengah juta atau bahkan lebih dari itu. Hal
ini merupakan modal besar bagi berbagai karya tulis beliau yang tersebar
setelah itu keberbagai pelosok negri islam, dan menjadi sandaran dalam perkembangan
keilmuan baik hadits maupun disiplin ilmu lainnya.
C. Guru-guru
beliau
Diantara guru beliau yang
terdapat di dalam sunannya adalah;
1.
Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani
al Bagdadi
2.
Yahya bin Ma'in Abu Zakariya
3.
Ishaq binIbrahin bin Rahuyah abu ya'qub al
Hanzhali
4.
Utsman bin Muhammad bin abi Syaibah abu al
Hasan al Abasi al Kufi.
5.
Muslim bin Ibrahim al Azdi
6.
Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab al
Qa'nabi al Harits al Madani
7.
Musaddad bin Musarhad bin Musarbal
8.
Musa bin Ismail at Tamimi.
9.
Muhammad bin Basar.
10. Zuhair
bin Harbi (Abu Khaitsamah)
11. Umar
bin Khaththab as Sijistani.
12. Ali
bin Al Madini
13. Ash
Shalih abu sarri (Hannad bin sarri).
14. Qutaibah
bin Sa'id bin Jamil al Baghlani
15. Muhammad
bin Yahya Adz Dzuhli
D. Hasil
karya beliau
Adapun hasil karya beliau
yang sampai kepada kita adalah;
1.
As Sunan
2.
Al marasil
3.
Al Masa'il
4.
Ijabaatuhu 'an su'alaati Abi 'Ubaid al
Ajuri
5.
Risalatuhu ila ahli Makkah
6.
Tasmiyyatu al Ikhwah alladziina rowaa
'anhum al hadits
7.
Kitab az zuhd
E. Wafatnya
beliau
Abu
'Ubaid al Ajuri menuturkan; 'Imam abu daud meninggal pada hari jum'at tanggal
16 bulan syawwal tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di
Busrah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridlai beliau.
4. IMAM
AT-TIRMIDZI, MUHAMMAD BIN ‘ISA
A. Pertumbuhan
beliau
· Nama:
Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak
· Kunyah
beliau: Abu 'Isa
· Nasab
beliau:
1.
As Sulami; yaitu nisbah kepada satu
kabilah yang yang di jadikan sebagai afiliasi beliau, dan nisbah ini merupakan
nisbah kearaban
2.
At Tirmidzi; nisbah kepada negri tempat
beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan
dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.
· Tanggal
lahir: para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran beliau secara
pasti, akan tetapi sebagian yang lain memperkirakan bahwa kelahiran beliau pada
tahun 209 hijriah. Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam kisaran tahun 210
hijriah.
Ada
satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan
buta, padahal berita yang akurat adalah, bahwa beliau mengalami kebutaan di
masa tua, setelah mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu
yang beliau miliki.
Beliau
tumbuh di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai rihlah
ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah orang
marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini menunjukkan
bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Berbagai
literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan dengan pasti kapan imam Tirmidzi
memulai mencari ilmu, akan tetapi yang tersirat ketika kita memperhatikan
biografi beliau, bahwa beliau memulai aktifitas mencari ilmunya setelah
menginjak usia dua puluh tahun. Maka dengan demikian, beliau kehilangan
kesempatan untuk mendengar hadits dari sejumlah tokoh-tokoh ulama hadits yang
kenamaan, meski tahun periode beliau memungkinkan untuk mendengar hadits dari
mereka, tetapi beliau mendengar hadits mereka melalui perantara orang lain.
Yang nampak adalah bahwa beliau memulai rihlah pada tahun 234 hijriah.
Beliau
memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak encer yang cepat
menangkap pelajaran. Sebagai permisalan yang dapat menggambarkan kecerdasan dan
kekuatan hafalan beliau adalah, satu kisah perjalan beliau meuju Makkah, yaitu;
Pada
saat aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah menulis dua jilid
berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh. Kebetulan Syaikh
tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku bertanya kepadanya, dan saat itu aku
mengira bahwa "dua jilid kitab" yang aku tulis itu bersamaku. Tetapi
yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang masih
putih bersih belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk menperdengarkan
hadits kepadaku, dan ia mengabulkan permohonanku itu. Kemudian ia membacakan
hadits dari lafazhnya kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kepadaku
dan melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka dia menegurku:
'Tidakkah engkau malu kepadaku?' maka aku pun memberitahuka kepadanya
perkaraku, dan aku berkata; “aku telah mengahafal semuanya." Maka syaikh
tersebut berkata; 'bacalah!'. Maka aku pun membacakan kepadanya seluruhnya,
tetapi dia tidak mempercayaiku, maka dia bertanya: 'Apakah telah engkau
hafalkan sebelum datang kepadaku?' 'Tidak,' jawabku. Kemudian aku meminta lagi
agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh
buah hadits, lalu berkata: 'Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,' Lalu aku
membacakannya dari pertama sampai selesai tanpa salah satu huruf pun."
C. Guru-guru
beliau
Imam
at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di
antara mereka adalah
1.
Qutaibah bin Sa'id
2.
Ishaq bin Rahuyah
3.
Muhammad bin 'Amru As Sawwaq al Balkhi
4.
Mahmud bin Ghailan
5.
Isma'il bin Musa al Fazari
6.
Ahmad bin Mani'
7.
Abu Mush'ab Az Zuhri
8.
Basyr bin Mu'adz al Aqadi
9.
Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib
10. Abi
'Ammar Al Husain bin Harits
D. Hasil
karya beliau
Imam
Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau, diantara buku-buku
beliau ada yang sampai kepada kita dan ada juga yang tidak sampai. Di antara
hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah:
1.
Kitab Al Jami', terkenal dengan sebutan
Sunan at Tirmidzi.
2.
Kitab Al 'Ilal
3.
Kitab Asy Syama'il an Nabawiyyah.
4.
Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Adapun karangan beliau
yang tidak sampai kepada kita adalah;
1.
Kitab At-Tarikh.
2.
Kitab Az Zuhd.
3.
Kitab Al Asma` wa al kuna.
E. Wafatnya
beliau:
Di
akhir kehidupannya, imam at Tirmidzi mengalami kebutaan, beberapa tahun beliau
hidup sebagai tuna netra, setelah itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau
wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8
Oktober 892, dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.
5. IMAM
AN-NASA`I , AHMAD BIN SYU’AIB
A. Pertumbuhan
beliau
·
Nama: Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan
bin Bahr
·
Kuniyah beliau: Abu Abdirrahman
·
Nasab beliau: An Nasa`i dan An Nasawi,
yaitu nisbah kepada negri asal beliau, tempat beliau di lahirkan. Satu kota
bagian dari Khurasan.
·
Tanggal lahir: tahun 215 hijriah
·
Sifat-sifat beliau: An Nasa`i merupakan
seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan segar, wajahnya seakan-akan
lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang karismatik dan tenang,
berpenampilan yang sangat menarik.
Kondisi
itu karena beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan
dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari buah yang halal
dan banyak makan ayam.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Imam
Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena beliau mengadakan perjalanan ke
Qutaibah bin Sa’id pada tahun 230 hijriah, pada saat itu beliau berumur 15
tahun. Beliau tinggal di samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun
dua bulan, sehingga beliau dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan dapat
meriwayatkan hadits-haditsnya.
Imam
Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang
pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat
mendalam. maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kibar,
berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat
menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya
beliau memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.
Beliau
telah menulis hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis
hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama
pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini,
bahkan beliau memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat, sebagaimana yang
di gambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; ‘ siapa yang dapat
bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i? dia memiliki hadits Ibnu Lahi’ah
dengan terperinci - yaitu dari Qutaibah dari Ibnu Lahi’ah-, maka dia tidak
meriwayatkan hadits darinya.’ Maksudnya karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang
dla’if.
Dengan
ini menunjukkan, bahwa tendensi beliau bukan hanya memperbanyak riwayat hadits
semata, akan tetapi beliau berkeinginan untuk memberikan nasehat dan
menseterilkan syarea’at (dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan)
C. Guru-guru
beliau
Kemampuan
intelektual Imam Nasa’i menjadi matang dan berisi dalam masa lawatan ilmiahnya.
Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa
dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah, beliau mengalami proses
pembentukan intelektual, sementara masa lawatan ilmiahnya dinilai sebagai
proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Diantara guru-guru
beliau, yang teradapat didalam kitab sunannya adalah sebagai berikut;
1.
Qutaibah bin Sa’id
2.
Ishaq bin Ibrahim
3.
Hisyam bin ‘Ammar
4.
Suwaid bin Nashr
5.
Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi
6.
Abu Thahir bin as Sarh
7.
Yusuf bin ‘Isa Az Zuhri
8.
Ishaq bin Rahawaih
9.
Al Harits bin Miskin
10. Ali
bin Kasyram
11. Imam
Abu Dawud
12. Imam
Abu Isa at Tirmidzi
D. Hasil
karya beliau
Imam Nasa`i mempunyai
beberapa hasil karya, diantaranya adalah;
1.
As Sunan Ash Shughra
2.
As Sunan Al Kubra
3.
Al Kuna
4.
Khasha`isu ‘Ali
5.
‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah
6.
At Tafsir
7.
Adl Dlu’afa wa al Matrukin
8.
Tasmiyatu Fuqaha`i Al Amshar
9.
Tasmiyatu man lam yarwi ‘anhu ghaira
rajulin wahid
10. Dzikru
man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah
11. Musnad
‘Ali bin Abi Thalib
12. Musnad
Hadits Malik
E. Wafatnya
beliau
Setahun
menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya
tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni
mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi
al-Mishri.
Sementara
ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia
mengatakan, Imam al-Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina.
Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja’far al-Thahawi (murid al-Nasa’i)
dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa’i
meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna
lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasullullah
guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah.
Amiiin.
6. IMAM
IBNU MAJAH, MUHAMMAD BIN YAZID BIN MAJAH
A. Pertumbuhan
beliau
·
Nama: Muhammad bin Yazid bin Mâjah al
Qazwînî.
·
Nama yang lebih familier adalah Ibnu Mâjah
yaitu laqab bapaknya (Yazîd). Bukan nama kakek beliau.
·
Kuniyah beliau: Abu ‘Abdullâh
·
Nasab beliau:
1.
Ar Rib’I; merupakan nisbah wala` kepada
Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab.
2.
al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn
yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.
·
Tanggal lahir: Ibnu Majah menuturkan
tentang dirinya; "aku dilahirkan pada tahun 209 hijirah.
Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana
Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin.
Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Ibnu
majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin.
Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak
menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru
kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa
dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal
pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka
bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika
dia berumur dua puluh tahunan.
Ibnu
Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal
di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang
berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri
tersebut.
C. Guru-guru
beliau
Ibnu
Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru
yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah;
1.
‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
2.
Jabbarah bin AL Mughallas
3.
Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
4.
Suwaid bin Sa’îd
5.
Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
6.
Muhammad bin Ramh
7.
Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
8.
Muhammad bin Abdullah bin Numair
9.
Abu Bakr bin Abi Syaibah
10. Hisyam
bin ‘Ammar
11. Abu
Sa’id Al Asyaj
D. Hasil
karya beliau
Ibnu
Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah
banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai
kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini
adalah:
1.
Kitab as-Sunan yang masyhur
2.
Tafsîr al Qurân al Karîm
3.
Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai
dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.
E. Wafatnya
beliau
Beliau
meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus tujuh
puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah
selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.
7. IMAM
AHMAD BIN MUHAMMAD BIN HANBAL
A. Pertumbuhan
beliau
·
Nama: Ahmad bin Muhamad bin Hanbal bin
Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf
bin Qasithi bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Uqbah bin Sha'ab
bin Ali bin Bakar bin Wail.
·
Kuniyah: Abu Abdillah
·
Nasab beliau: Bapak dan ibu beliau adalah
orang arab, keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah, seorang arab asli.
Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Nazar.
·
Kelahiran beliau: Imam Ahmad dilahirkan di
kota Baghdad. Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad
ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal dua puluh
Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah.
Ayah
Imam Ahmad dan kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil
ia hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja. Jadi, beliau
tidak hanya sama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah nasab
saja, akan tetapi beliau juga sama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam masalah yatim.
Meskipun
imam Ahmad tidak mewaritsi harta dari ayah dan kakeknya, tetapi beliau telah
mewaritsi dari kakeknya kemulian nasab dan kedudukan, sedang dari ayahnya telah
mewaritsi kecintaan terhadap jihad dan keberanian. Ayah beliau, Muhammad bin
Hambal menemui ajalnya ketika sedang berada di medan jihad, sedang kakeknya,
Hambal bin Hilal adalah seorang penguasa daerah Sarkhas, pada saat kekhilafahan
Umawiyyah.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Permulaan
imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada tahun 179 Â hijriah, pada saat itu
beliau berusia empat belas tahu, beliau menuturkan tentang dirinya; ' ketika
aku masih anak-anak, aku modar-mandir menghadiri sekolah menulis, kemudian aku
bolak-balik datang keperpustakaan  ketika aku berumur empat belas tahun.'
Beliau
mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad
telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan beragam jenis ilmu
pengetahuan. Di sana tinggal para qari', ahli hadits, para sufi, ahli bahasa,
filosof, dan sebagainya.
Setamatnya
menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat
berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus
menuntut ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa.
C. Guru-guru
beliau
Semenjak
kecil imam Ahmad memulai untuk belajar, banyak sekali guru-guru beliau,
diantaranya;
1.
Husyaim bin Basyir, imam Ahmad berguru
kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad.
2.
Sufyan bin Uyainah
3.
Ibrahim bin Sa'ad
4.
Yahya bin Sa'id al Qaththân
5.
Walîd bin Muslim
6.
Ismail bin 'Ulaiyah
7.
Al Imam Asy Syafi'i
8.
Al Qadli Abu Yusuf
9.
Ali bin Hasyim bin al Barid
10. Mu'tamar
bin Sulaiman
11. Waki'
bin Al Jarrah
D. Hasil
karya beliau
Diantara hasil karya Imam
Bukhari adalah sebagai berikut :
1.
Al Musnad
2.
Al 'Ilal
3.
An Nasikh wa al Mansukh
4.
Az Zuhd
5.
Al Asyribah
6.
Al Iman
7.
Al Fadla`il
8.
Al Fara`idl
9.
Al Manasik
10. Tha'atu
ar Rasul
11. Al
Muqaddam wa al mu`akhkhar
12. Jawwabaatu
al qur`an
E. Wafatnya
beliau
Pada
permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 241, beliau menghadap
kepada rabbnya menjemput ajalnya di Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan
kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai
beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang
mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih
orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang
hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada
beliau.
8. IMAM
MALIK BIN ANAS AL-MADANI
A. Perkenalan
·
Nama: Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi
Âmir bin Amru bin Al Harits bin ghailân bin Hasyat bin Amru bin Harits.
·
Kunyah beliau: Abu Adbillah
·
Nasab beliau:
1.
Al Ashbuhi; adalah nisbah yang di tujukan
kepada dzi ashbuh, dari Humair
2.
Al Madani; nisbah kepada Madinah, negri
tempat beliau tinggal.
·
Tanggal lahir:
Beliau dilahirkan di
Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya sahabat yang mulia
Anas bin Malik. Ibunya mengandung dia selama tiga tahun.
·
Sifat-sifat imam Malik: beliau adalah
sosok yang tinggi besar, bermata biru, botak, berjenggot lebat, rambut dan
jenggotnya putih, tidak memakai semir rambut, dan beliau menipiskan kumisnya.
Beliau senang mengenakan pakaian bersih, tipis dan putih, sebagaimana beliaupun
sering bergonta-ganti pakaian. Memakai serban, dan meletakkan bagian sorban
yang berlebih di bawah dagunya.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Imam
Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup dilingkungan keluarga yang
mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan
para alim ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al
Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama dan berguru
kepada salah seorang ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.
Kakek
dan ayahnya adalah ulama hadits terpandang di Madinah. Maka semenjak kecil,
Imam Malik tidak meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah
adalah kota dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan kehadiran ulama-ulama
besar.
Karena
keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran hadits
kepada ayah dan paman-pamannya. Disamping itu beliau pernah juga berguru kepada
para ulama terkenal lainnya
Dalam
usia yang terbilang muda, Imam Malik telah menguasai banyak disiplin ilmu.
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk
memperoleh ilmu.
C. Guru-guru
beliau
Imam
Malik berjumpa dengan sekelompok kalangan tabi’in yang telah menimba ilmu dari
para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan yang paling menonjol
dari mereka adalah Nafi’ mantan budak Abdullah bin ‘Umar. Malik berkata; ‘Nafi’
telah menyebarkan ilmu yang banyak dari Ibnu ‘Umar, lebih banyak dari apa yang
telah disebarkan oleh anak-anak Ibnu Umar,’
Guru-guru imam Malik,
selain Nafi’, yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;
1.
Abu Az Zanad Abdullah bin Zakwan
2.
Hisyam bin ‘Urwah bin Az Zubair
3.
Yahya bin Sa’id Al Anshari
4.
Abdullah bin Dinar
5.
Zaid bin Aslam, mantan budak Umar
6.
Muhammad bin Muslim bin Syihab AzZuhri
7.
Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm
8.
Sa’id bin Abi Sa’id Al Maqburi
9.
Sami mantan budak Abu Bakar
D. Wafatnya
beliau
Beliau
meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179 H pada usia yang ke 85
tahun dan dimakamkan di Baqî` Madinah munawwarah.
9. IMAM
AD-DARIMI, ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN
A. Pertumbuhan
beliau
·
Nama: Beliau adalah Abdullah bin
Abdurrahman bin al Fadhl bin Bahram bin Abdush Shamad.
·
Kuniyah beliau; Abu Muhammad
·
Nasab beliau:
1.
At Tamimi; adalah nisbah yang ditujukan
kepada satu qabilah Tamim.
2.
Ad Darimi; adalah nisbah kepada Darim bin
Malik dari kalangan at Tamimi. Dengan nisbah ini beliau terkenal.
3.
As Samarqandi; yaitu nisbah kepada negri
tempat tinggal beliau
·
Tanggal lahir:
Ia
di lahirkan pada taun 181 H, sebagaimana yang di terangkan oleh imam Ad Darimi
sendiri, beliau menuturkan; 'aku dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah
bin al Mubarak, yaitu tahun seratus delapan puluh satu.
Ada
juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun seratus delapan puluh dua
hijriah.
B. Aktifitas
beliau dalam menimba ilmu
Allah
menganugerahkan kepada iama Ad Darimi kecerdasan, pikiran yang tajam dan daya
hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadits. Beliau berjumpa
dengan para masyayikh dan mendengar ilmu dari mereka. Akan tetapi sampai
sekarang kami tidak mendapatkan secara pasti sejarah beliau dalam memulai
menuntut ilmu
Beliau
adalah sosok yang tawadldlu' dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari
kibarul ulama dan shigharul ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok
ahli hadits dari kalangan teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang
sangat selektif dan berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits dari
orang-orang yang terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak meriwayatkan hadits dari
setiap orang.
C. Guru-guru
beliau
Guru-guru imam Ad Darimi
yang telah beliau riwayatkan haditsnya adalah;
1.
Yazid bin Harun
2.
Ya'la bin 'Ubaid
3.
Ja'far bin 'Aun
4.
Basyr bin 'Umar az Zahrani
5.
'Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi
6.
Hasyim bin al Qasim
7.
'Utsman bin 'Umar bin Faris
8.
Sa'id bin 'Amir adl Dluba'i
D. Hasil
karya beliau
1.
Sunan ad Darimi.
2.
Tsulutsiyat (kitab hadits)
3.
al Jami'
4.
Tafsir
E. Wafatnya
beliau
Beliau
meninggal dunia pada hari Kamis bertepatan dengan hari tarwiyyah, 8 Dzulhidjah,
setelah ashar tahun 255 H, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan
harinya, Jumat (hari Arafah).